Posts

Berproses (1)

Pertanyaan ini sering terpintas di pikiran saya, tentang bagaimana sebagian manusia dapat begitu jujur atas perasaannya sedang sebagian lain tidak bisa leluasa. Apa yang dirasakan setelah emosi itu dikeluarkan, ada tidaknya penyesalan yang terluap beriringan, mengapa dapat begitu mudahnya mengekspresikan? Semua itu berputar melingkar dan belum menemukan jawaban.  Apa salahnya untuk semua itu disembunyikan? Banyak manusia diluar sana yang mungkin saja hanya menampakkan empati buatan atau lebih parahnya hanya sekadar mencari-cari "bahan".  Apa salahnya untuk kuat dan berdiri di atas kaki sendiri dan hanya mengizinkan orang terpilih untuk hadir "menetap"? Biarkan manusia diluar hanya melihat kebulan dapur kita tanpa tahu apa bahan bakar dan apa yang sedang dimasak.  Mengapa semua harus ditunjukkan? Mengapa harus terus menerus memberi tahu khalayak ramai atas apa yang kita mau dan kita rasakan? Bukankah mereka akan tetap melakukan apa yang mereka mau saja? Lantas mengap...

Silent

Rasanya, aksara semakin sesak memadati. Ricuh, berdesakan, berebut dikeluarkan duluan, panik, berlarian sana sini, luntang-lantung, akhirnya hanya sampai di ujung lidah, menggantung. Kiranya memberikan izin pada diri,  ingin sekali memupuk "aku", namun rupanya masih penuh, penat betah berdiam di sini, bercokol dan empunya sudah terlalu malas menanggapi. Yah, terlampau banyak yang mesti dibenahi. Buat apa tanyamu? Buat apa lagi, menyemai damai di nurani. -Flaynn_ 

Exception

Tak ada sunyi yang paling nyaring, selain reka demo dalam pikiran. Tak ada gaduh paling hening, selain bentrok antara logika dan perasaan. Dan tak ada gejolak yang paling damai, selain dua insan terluka yang sudah tidak lagi mencari jawaban. -Flaynn_

It's Me

Aku ingin pergi. Ke suatu tempat asing yang seolah hidupku direset kembali. Aku ingin dikelilingi orang asing yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku ingin duduk berdiam diri. Meladeni perdebatan sengit antara otak dan hati. Aku ingin belajar. Aku ingin perlahan menaruh percaya untuk sedikit berbagi beban. Aku ingin rebah dan bersandar barang sejenak. Menyadari beberapa tulangku mungkin sedikit retak. Aku kelewat khawatir. Aku terlalu takut dibuat nyaman, aku takut bila sandaranku pergi dan aku terjerembab nyaris tak sadarkan diri. Karenanya untuk memulai, bukannya tak mau, aku perlu waktu. Aku perlu berdamai dengan apa yang telah berada di belakang. Aku perlu terbiasa dan menerima keadaan. Ini aku, aku kelewat pengecut dengan dalih melindungi diri. Aku lemah meski di mata orang aku sangat kuat tegak berdiri. Aku lelah. Sekali lagi. Aku ingin pergi. bukan untuk mencari senang, aku hanya mendamba tenang. -Flaynn-

S U G A

Darinya. Aku belajar bagaimana menjadi sempurna tanpa standar semesta.  Tentang perjalanan panjang yang tiada ujungnya. Yang aku butuhkan hanya terus berjalan, katanya. Bila aku tiba pada titik lelah dan duniaku serasa jalan ditempat, tak perlu berpikir banyak untuk memutuskan terus atau tidaknya berjalan, tak perlu suatu hal yang spesial untuk keluar dari keterpurukan karena yang dibutuhkan hanya terus berjalan. Dan saat aku terus berjalan, aku akan sampai sebelum aku sempat menyadarinya. Tentang berbatu dan terjalnya perjuangan beserta jatuh bangun tersungkurnya. Aku harus bangun kembali bila aku tersandung dan jatuh, tulisnya. Hidup itu berat dan tak akan selalu baik-baik saja, aku harus berani melewatinya. Tentang sakit yang senatiasa meronta.  Aku diajarkan merasa, jujur pada diri yang kewarasannya sudah renta. Dan pada akhirnya, sakitku yang paling dirasa akan menjadi kekuatan yang luar biasa, ujarnya.  Tentang mimpi yang tak jelas bagaimana. Tidak bersinar namun ja...

Hadir

Suatu ketika kamu berbaring di ranjangmu. Tidak tahu apa yang ada dalam pikiran dan hatimu. Hanya menatap atap kamar, seolah itu adalah objek paling menarik dibanding sekitar. Tidak hanya sedetik, kamu memperhatikan itu lama sekali. Tatapanmu menerawang menembus langit, jauh melewati celah genting yang sempit. Waktu sudah tengah malam dan kamu masih saja terjaga. Kamu matikan lampu dan seketika ruangan gelap gulita, namun matamu masih saja terbuka. Mencoba memejamkan mata meski pikiranmu masih menyala. Suatu ketika saat kamu sudah dengan gagah dan tangguhnya melewati hari, kamu berbaring. Memejamkan mata dan menangis tanpa tahu apa penyebabnya. Samar. Kamu sadar kamu mati rasa, tapi nyatanya kamu menangis juga. ' Kenapa? '  Kamu sendiri tidak tahu apa jawabnya.  Seseorang pernah berkata, "Kamu hidup untuk menjadi nyata, bukan sempurna". Mungkin bukan atap kamarmu yang terlalu menarik, tapi pikiranmu yang amat tenang itu sedang merangkai harapmu. Harapan murni. Tanpa e...

Wake Up

Aku jatuh cinta. Pada seseorang yang selalu terlihat ceria. Seseorang yang tak akan bisa untuk aku memilikinya. Seseorang yang menurut cerita dan video yang kulihat, sangat ramah dan sopan sikapnya. Seseorang yang hanya dapat aku ceritakan, namun tak ada kesempatan untukku membuat cerita bersama. Seseorang yang berhasil menyembuhkan tanpa sadar dirinya-lah obat sesungguhnya. Seseorang yang telah menenangkan dan membuat aku menyadari keberadaan. Bahwa aku tidak sendirian. Dan untuk itu, terima kasih banyak.  Telah membuatku bangkit dan ingin kembali berjuang. -Flaynn 28 Maret 2021