The End (?)
Pada akhirnya pilihan yang hadir hanya ditinggalkan atau meninggalkan. Namun ternyata meninggalkan adalah sebuah langkah awal. Keputusan pertama yang mendatangkan keputusan-keputusan setelahnya. Dan yang ditinggalkan bukan berarti kalah dan hilang arah. Memilih meninggalkan mungkin suatu pilihan yang berat. Ditinggalkanpun bukan sesuatu nikmat. Pada dasarnya.
Mari bicara kita. Meninggalkan adalah suatu hal sulit untukku. Sulit untuk memutuskan pilihan-pilihan yang tanpa kamu di sekelilingku. Meninggalkan membuatku memutuskan untuk membuat kebiasaan baru. Ditinggalkan tak kalah berat. Dimana aku harus terlihat biasa dengan lubang besar yang menganga. Mungkin bukan hanya aku, kamu juga. Terus melakukan rutinitas seperti hari-hari sebelumnya dengan atau tanpa kamu, aku harus bisa. Di kacamataku, kamu terlihat bahagia. Entah apa yang sudah di sulap sedemikian rupa. Atau apakah ternyata akulah pengekangnya? Maka dari itu setelah perginya aku, kamu bebas melanglang buana. Apapun alasannya, aku tak apa. Aku mampu dan aku bisa. Tenang saja.
Kemudian aku mendengar, jauh melewati bisikan insan-insan. Tak tahu apa yang sudah di bubuhkan dan didandani ulang. Kamu tak kalah sengsaranya dengan aku. Lepas pakai topeng agar yang lain tak bertanya "Ada apa?" Bukan ringan perihal menjawabannya. Namun lagi-lagi yang terucap hanya "gapapa". Kamu tak kalah berjuangnya dengan aku. Menambah volume kerja agar tak ada aku di setiap detik berhargamu.
Malam ini aku melewati tempat yang biasanya ada kita. Kini ditempati mereka yang asik tertawa. Dunia milik mereka, sama seperti kita sebelumnya. Diam-diam kudoakan mereka bersama selamanya. Jangan lagi ada "kita" jebolan tempat itu. Haha, bercanda.
Lihat, aku baik-baik saja. Bahkan untuk membicarakan kita aku sudah bisa menyisipkan canda. Ini bukan sebuah lomba siapa cepat melupa. Nikmati saja prosesnya. Sebab dulu kita merasa. Dan hanya butuh waktu untuk terbiasa tanpa kata kita.
-Flaynn-
Comments
Post a Comment
Please let me know yout thoughts. Do you mind?