P E R I H A L
Perihal rasa yang entah bagaimana bisa hadir.
Aku mengaku kalah, aku menyerah. Kita tuntaskan saja, maksudku, aku tuntaskan saja. Aku telah purna menjadi prajurit yang berjuang sekaligus benteng untuk bertahan. Berjuang dan bertahan untuk menyelamatkan hati dari kehancuran. Dari retakan-retakan yang bahkan munculnya dari dalam. Dari tanya dan ketidakpastian yang membisikkan angan manis dan memupuk harapan. Sudikah kiranya kau membantu tuan? Meyakinkanku untuk menghapuskan ragu.
Perihal duka yang kadang melintas.
Terima kasih karena kau hanya lewat. Jangan dulu mengetuk pintu, lanjutkanlah dulu perjalananmu. Berkelana dan sapalah mereka diluar sana, jangan aku. Maaf, aku tak ingin berteman denganmu. Jangankan berteman, berjumpa pun rasanya tak siap. Aku terlalu ciut untuk menghadapimu. Namun, bila tiba masanya kau harus singgah dan bertamu, tolong kabari aku. Bunyikan dulu bel di depan rumahku dan tunggu disitu. Aku perlu menyiapkan obat. Barangkali hadirmu bersama pilu.
Perihal lelah yang saat ini singgah.
Aku menyambutmu dan sedikit merayakan kedatanganmu. Masuklah, duduklah dan nikmati kue coklat dan coklat panas yang kubuatkan khusus untukmu-untuk kedatanganmu. Mampirlah dulu, karena daksa ini butuh alasan untuk rehat, butuh sejenak keluar dari rangkaian gerbong rutinitas yang mengikat erat. Penat. Hidup sudah terlalu pahit, maka bertamulah walau sedetik. Hadirlah sebagai koma dalam tiap alenia kisahku. Atma ini rindu kedamaian. Rindu ketenangan. Dan rindu peluk hangat seseorang.
-Flaynn-
Comments
Post a Comment
Please let me know yout thoughts. Do you mind?