P E R I H A L
Perihal rasa yang entah bagaimana bisa hadir. Aku mengaku kalah, aku menyerah. Kita tuntaskan saja, maksudku, aku tuntaskan saja. Aku telah purna menjadi prajurit yang berjuang sekaligus benteng untuk bertahan. Berjuang dan bertahan untuk menyelamatkan hati dari kehancuran. Dari retakan-retakan yang bahkan munculnya dari dalam. Dari tanya dan ketidakpastian yang membisikkan angan manis dan memupuk harapan. Sudikah kiranya kau membantu tuan? Meyakinkanku untuk menghapuskan ragu. Perihal duka yang kadang melintas. Terima kasih karena kau hanya lewat. Jangan dulu mengetuk pintu, lanjutkanlah dulu perjalananmu. Berkelana dan sapalah mereka diluar sana, jangan aku. Maaf, aku tak ingin berteman denganmu. Jangankan berteman, berjumpa pun rasanya tak siap. Aku terlalu ciut untuk menghadapimu. Namun, bila tiba masanya kau harus singgah dan bertamu, tolong kabari aku. Bunyikan dulu bel di depan rumahku dan tunggu disitu. Aku perlu menyiapkan obat. Barangkali hadirmu bersama...