Posts

Showing posts from February, 2019

P E R I H A L

Perihal rasa yang entah bagaimana bisa hadir.  Aku mengaku kalah, aku menyerah. Kita tuntaskan saja, maksudku, aku tuntaskan saja. Aku telah purna menjadi prajurit yang berjuang sekaligus benteng untuk bertahan. Berjuang dan bertahan untuk menyelamatkan hati dari kehancuran. Dari retakan-retakan yang bahkan munculnya dari dalam. Dari tanya dan ketidakpastian yang membisikkan angan manis dan memupuk harapan. Sudikah kiranya kau membantu tuan? Meyakinkanku untuk menghapuskan ragu. Perihal duka yang kadang melintas.  Terima kasih karena kau hanya lewat. Jangan dulu mengetuk pintu, lanjutkanlah dulu perjalananmu. Berkelana dan sapalah mereka diluar sana, jangan aku. Maaf, aku tak ingin berteman denganmu. Jangankan berteman, berjumpa pun rasanya tak siap. Aku terlalu ciut untuk menghadapimu. Namun, bila tiba masanya kau harus singgah dan bertamu,  tolong kabari aku. Bunyikan dulu bel di depan rumahku dan tunggu disitu. Aku perlu menyiapkan obat. Barangkali hadirmu bersama...

Confession

Hari rabu, tanggal sepuluh bulan satu tahun dua ribu sembilan belas Bukan hari yang spesial, hanya hari pengakuan dosaku. (1) Aku mencuri. Mencuri pandang pada cantiknya kamu. Pada hari dimana kamu hadir dan aku dengan segala kebisuanku berusaha tetap fokus menyelami untaian kata dalam monitorku. Percayalah, itu sulit. Berat untuk menahan diri ini tidak menoleh dan melihatmu. Hari- hari  setelahnya, sakaku mulai goyah. Semua hal tentang kamu menarik perhatianku.  Lalu saka ku patah. Pertahananku kalah. Dan semua yang mengatas namakanmu telah menjadi bagian favoritku. Masa lalumu. Keluargamu. Impianmu. Pemikiranmu. Karyamu. Dan -mu lain yang terikat benang merah denganmu. Kini, aku dengan sangat berani menyelami manik indahmu, bukan hanya sekadar mencuri pandang. Aku memperhatikanmu dalam diam. (2) Aku cemburu. Pada dia yang kau beri perhatian penuh. Pada dia yang ada didekatmu kala kau butuh. Aku ingin itu aku. Namun, dengan kesadaran penuh aku tahu posisiku. Tid...